BA’A,METROTIMOR.ID—Pelayanan Perusahaan Air Minum (PDAM) Rote Ndao dikeluhkan konsumen. Sebab dalam beberapa bulan terakhir, suplai air ke konsumen kerap macet.
Berdasarkan jadwal yang ditetapkan dalam satu Minggu tiga kali melayani konsumen tetapi yang terjadi seminggu mengalir ke rumah-rumah warga. Itupun hanya 20 menit saja.
Pdt. Jelly Touselak,Pelangan PDAM di Desa Oeleka, Kecamatan Lobalaian, Kabupaten Rote Ndao, NTT, mengatakan, beberapa bulan terakhir air PDAM di rumahnya tidak mengalir. Akibatnya, aktivitas di rumah seperti mandi, mencuci, hingga kebutuhan lainnya tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Hal yang sama diamini oleh Oktovianus Manafe dan Oktovianus Toulasik kedua warga Desa Oeleka Kecamatan Lobalaian Kabupaten Rote Ndao ditemui media di Oeleka, Selasa (12/5/2020) mengaku sejak awal Maret 2020, atau saat awal virus pendemi Covid-19 air PDAM di wilayah itu tak lagi berjalan normal.
Padahal warga di wilayah itu, awalnya senang karena sudah ada air PDAM sehingga bisa membantu kebutuhan warga akan air bersih sehingga tidak lagi mengambil di sumur yang jaraknya jauh dari rumah serta air bisa digunakan untuk dipekarangan rumah untuk menanam palawija.
Namun debit airnya berkurang dan durasi jalannya sangat singkat sehingga tidak bisa membantu warga.
Oleh karena itu, dirinya berharap agar PDAM kedepan memaksimalkan pelayanan kepada konsumen atau pelangan.
”Kadang seminggu sekali mengalir itupun hanya 20 menit air mengalir. Padahal kami bayar PDAM secara rutin,” kata,Oktovianus Toulasik kepada wartawan ketika ditemui di kediamannya, Selasa (11/5/2020)
Dia berharap agar PDAM bisa meningkatkan pelayanan. Kalaupun ada sistem buka tutup jaringan PDAM, setidaknya diinformasikan secara resmi kepada pelanggan. Dengan begitu, tidak membuat warga bingung dan panik.
”Misalnya, untuk Oeleka mengalir setiap seminggu sekali, itu sebaiknya disampaikan, agar warga tidak kebingungan,” tambahnya.
Dikonfirmasi terpisah, Pjs Direktur PDAM Rote Ndao, Abdurahman Djawas mengakui aliran air di perusahaannya memang kurang lancar. Hal itu bukan karena unsur kesengajaan. Tapi mesin yang tidak mampu serta karena faktor alam, yakni dampak dari musim kemarau.
”Itu mesin tidak kuat untuk angkat air dari sumbernya. Dan pelangan melebihi kapasitas, oleh karena itu kami telah membuat Pemberitahuan kepada Pemkab untuk membantu,” kata Djawas
Pihaknya masih mencoba mencari alternatif dari permasalahan tersebut. Saat ini masih koordinasi dengan bagian teknis. Rencananya.
” Saat ini kita terapkan sistem buka tutup. Pengaliran air dilakukan secara bergiliran antar satu jaringan dengan jaringan lainnya.
Ada semacam direkayasa sehingga nanti gantian. Doakan saja mudah-mudahan bisa.
Meskipun direkayasa, tetapi mesin pompanya kecil dan debit air kurang tetap tidak bisa. Maka solusianya pelangan menyediakan bak penampung di rumah ”, pungkasnya (*Tim)