Editor: Agustinus Bobe
MAUMERE, METROTIMOR.ID– Sepasang suami istri menyandang status difabel, Yoseph Loku (48) dan Albina Abong Wadan (41) yang berprofesi sebagai penjahit di Lantai 2 Pasar Tingkat Maumere menolak program bantuan ternak ayam dari Kelurahan Waioti, Kabupaten Sikka, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur sebelum pandemi Covid -19 melanda dunia.
” Kami pernah ditawarkan program bantuan ternak ayam dari pemerintah Kelurahan Waioti, untuk ternak ayam tetapi kami tolak karena itu tidak sesuai dengan keahlian kami.
Kami pun sangat alergi kalau bicara soal bantuan. Meskipun kami ini difabel tidak pernah mengharapkan bantuan dari pihak manapun. Lebih baik usaha mandiri,” cetus Yoseph Loku diiami istrinya Albina Abong Wadan saat ditemui wartawan di lantai Dua Pasar Tingkat Maumere, Jumat (8/5/2020) .
Meski begitu, mereka berusaha mandiri meminjam uang sebagai modal usaha dari BRI Maumere untuk pengadaan alat perlengkapan menjahit.
Kini mereka memanfaatkan kesempatan ditengah merebaknya wabah Covid -19 dengan menjahit ribuan masker sesuai dengan standar para pemesan pelanggang.
Mereka menerima order masker dari kabupaten tetangga yakni Adonara, kabupaten Flores Timur sebanyak 200 lembar, kabupaten Ende dan Nagekeo masing – masing 400 lembar.
Selain itu ada pun pesan dari Puspas Keuskupan Maumere sebanyak 585 lembar masker, anggota Fraksi Partai Golkar DPRD Sikka Mayaestanti 1.000 lembar, Sekolah Tanjung Darat, Nita dan SDK Wailiti.
Ia mengakui sebelumnya sejak 19 Maret 2020 mereka merasa dirugikan oleh pemesan karena setelah menjahit baju para pemesan itu diambil jahitannya. Karena dilarang untuk keluar dari rumah.
Bulan April 2020 pun mengalami hal yang sama yakni setelah selesai menjahit baju paska yang dipesan oleh para langganannya tidak diambil karena perayaan paskah hanya dilakukan secara mandiri di rumah saja.
Oleh karena itu, kini ada yang pesan untuk jahit baju atau jahitan jenis lainya harus dibayar uang muka terlebih dahulu baru dilayani. Karena dikuatirkan orang tidak ambil setelah dijahit.
Menurut Yoseph Loku jika ada pesan sedikit dijual dengan harga Rp 10.000 perlembar dan pesannya banyak dijual dengan harga Rp 5.000.Dan kini omsetnya satu juta rupiah .
” Kini kami sudah selesai menjahit masker kurang lebih 2 ribu buah masker dan siap diedarkan ke tiap pemesan,” ucapYoseph.
Istri Albina Abong Wadan mengakui sejak tahun 2001 ia bersama suaminya mengkontrak los di lantai 2 Pasar Tingkat Maumere dengan tarif perbulan Rp 150.000.
” Kami merasa bersyukur bisa mendapat rejeki uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan menjamin 6 orang anak di tengah pandemi covid -19.
Hingga sekarang pun dari pihak pengurus pasar tingkat Maumere belum menagih bayaran kontrak los . Dan ini sangat membantu kami. Orang seperti kami ini tidak bisa lari dari tanggungjawab untuk membayar uang kontrak los pasar.
Kami pernah bayar telat kerana suami sakit, tetapi kami koordinasi dengan ketua pasar sehingga kami melanjutkan kontraknya,” kisah Albina.
Keduanya mengatakan, saat ini sedang menunggu program Beli Bela Sikka yang dicanangkan oleh bupati dan wakil bupati Sikka bagi semua warga di wilayah Kabupaten Sikka dan kaum difabel menunggu
Pewarta : Athy Meaq