FLORES TIMUR, METROTIMOR.ID– Pemerintah Daerah (Pemda) Flores Timur diduga mengabaikan nasib mahasiswa asal dua kecamatan terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki yang kini berada di luar daerah, termasuk di Kota Kupang. Hingga saat ini, Pemda belum memiliki data akurat mengenai mahasiswa korban bencana yang membutuhkan bantuan.
Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki pada 3 November 2024 telah menyebabkan banyak keluarga mengungsi ke tenda-tenda darurat. Namun, mahasiswa yang berada di luar daerah mengaku belum menerima perhatian ataupun bantuan dari Pemda Flotim. Berdasarkan data sementara dari awak media, sekitar 50 mahasiswa di Kota Kupang terdampak langsung karena orang tua mereka masih berada di pengungsian, sehingga kesulitan ekonomi menjadi kendala utama.
“Kami susah untuk makan, apalagi membayar kos dan uang semester. Kami berpikir keras apakah kami harus gagal melanjutkan pendidikan. Kami hanya bisa pasrah,” ungkap salah satu mahasiswa kepada awak media, Senin (18/11).
Pj Bupati Flores Timur, Sulastri Rasyid, hingga berita ini diturunkan belum memberikan tanggapan terkait kondisi mahasiswa yang berada di Kupang maupun di luar Kupang. Ketidakjelasan langkah Pemda Flotim menimbulkan kekhawatiran mahasiswa akan masa depan pendidikan mereka.
Sementara itu, Anggota DPRD Provinsi NTT, Syaiful Sengaji, mengkritik lambannya respon Pemda Flotim dalam menangani mahasiswa korban erupsi. Ia menyatakan bahwa Pemda seharusnya segera membentuk tim pendataan untuk mahasiswa yang berada di luar daerah, seperti Kota Kupang dan Pulau Jawa, agar mereka mendapatkan bantuan.
“Tahun 1992, saat bencana besar terjadi, anak-anak sekolah di luar daerah didata dan diberikan bantuan, termasuk uang registrasi semester, makan-minum, dan biaya kos. Seharusnya Pemda Flotim melakukan hal yang sama,” tegas Syaiful Sengaji.
Ketiadaan perhatian dari Pemda Flotim dinilai sebagai bentuk kelalaian dalam menangani dampak sosial dari bencana alam. Banyak pihak mendesak Pemda untuk segera bertindak, memastikan bahwa seluruh warga terdampak, termasuk mahasiswa di luar daerah, mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan untuk melanjutkan pendidikan dan kehidupan mereka.
(*RS)