MAUMERE,METROTIMOR.ID- Sejak dicabutnya status Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kabupaten Sikka pada 17 Maret 2020 terhadap kasus DBD, kini mulai muncul kembali kasus yang sama. Sebelumnya diberitakan bahwa kasus DBD terakhir yang terjadi di Kabupaten Sikka per 18 Maret 2020 sejumlah 1396 pasien dan terkonfirmasi meninggal 14 orang.
Pantauan Media ini, Selasa 02/06/2020 terdapat 2 orang pasien DBD usia anak-anak dan 2 orang lainnya orang dewasa yang dirawat di RSUD TC. Hillers Maumere. 4 pasien tersebut masing-masing dirawat di ruang rawat yang berbeda-beda. 2 pasien usia anak-anak dirawat di ruang Melati, masing-masing berasal dari Wairbubuk, Kecamatan Alok Timur dan 1 pasiennya dari Desa Persiapan Pelibaler, sedangkan 2 pasien orang dewasa di rawat di ruang Flamboyan.
Mina, salah satu orang tua yang anaknya dirawat di Ruang Melati RSUD TC.Hillers Maumere kepada Media ini mengungkapkan bahwa saat anaknya mengalami panas tinggi, kami langsung membawanya ke Puskesmas Beru untuk diperiksa. Dan di Puskesmas Beru anak kami dirawat selama 3 hari. Setelah dirawat selama 3 hari kami diminta untuk merujuknya ke Rumah Sakit, terang Mina yang adalah warga Wairbubuk ini.
Selanjutnya Mina yang saat itu didampingi suaminya mengatakan bahwa saat ini badan anaknya tidak lagi panas tetapi trombositnya masih turun. Dari hasil pemeriksaan, Mina mengakui bahwa anaknya didiagnosa gejala DBD, lanjutnya.
Sementara itu, selain 2 pasien usia anak-anak yang dirawat di Ruang Melati terdapat juga 2 pasien pria Dewasa yang dirawat di Ruang Flamboyan juga didiagnosa DBD masing-masing berasal dari Kecamatan Nita dan Kecamatan Talibura.
Terhadap masih mewabahnya DBD di Kabupaten Sikka ini, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka Petrus Herlemus ketika ditemui di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka menjelaskan bahwa hingga saat ini penanganan terhadap kasus DBD tetap dijalankan.
“Kita ini daerah endemic untuk DBD dan disetiap Kecamatan pasti ada kasus, walaupun satu atau dua. Penangananan tetap dijalankan dan tim TGC terus bergerak cepat dan semua fasilitas untuk penanganan DBD termasuk foging sudah kita distribusikan untuk puskesmas. Dan kalau ada kasus baru, dari puskesmas langsung turun untuk Penindakan Epidemologi, langsung dengan Foging, ungkap Kadis. Fransdh).