Oleh: Isak Doris Faot,S.Kom Warga Jemaat Syalom Mokdale
Tema Natal nasional tahun ini (2024), “Marilah Sekarang Kita Pergi ke Betlehem”, yang diangkat dari Lukas 2:15, menjadi panggilan rohani bagi semua gereja, termasuk Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) di seluruh wilayah NTT. Dalam perikop tersebut, para gembala mendengar kabar sukacita dari malaikat tentang kelahiran Yesus Kristus dan segera memutuskan untuk pergi ke Betlehem, meninggalkan rutinitas mereka demi menyaksikan kelahiran Sang Juruselamat.
Makna Natal dan Betlehem dalam Sejarah
Natal adalah perayaan yang mengenang awal mula kasih Allah yang diwujudkan dalam kelahiran Yesus Kristus, Sang Juruselamat dunia. Betlehem, yang berarti “Rumah Roti,” memiliki makna simbolis sebagai tempat lahirnya Sang Roti Hidup, yang memberikan kehidupan kekal kepada semua orang yang percaya kepada-Nya. Dalam kesederhanaan palungan di Betlehem, kasih Allah yang tak terbatas dinyatakan bagi dunia.
Para gembala, yang merupakan orang-orang sederhana, dipilih untuk menjadi saksi pertama kelahiran Yesus. Hal ini mengajarkan kita bahwa kabar sukacita Natal tidak terbatas pada mereka yang memiliki kedudukan tinggi, tetapi justru dimulai dari yang kecil, sederhana, dan rendah hati. Betlehem mengingatkan kita bahwa Allah seringkali bekerja melalui hal-hal yang tampak kecil untuk membawa perubahan besar.
Makna Tema Natal bagi Gereja GMIT di NTT
Tema ini mengandung makna yang sangat relevan bagi gereja-gereja GMIT, yang hidup dalam keberagaman budaya dan tantangan sosial-ekonomi di wilayah NTT.
Pertama, “Marilah Sekarang Kita Pergi ke Betlehem” mengajarkan kita untuk memiliki iman yang aktif dan responsif terhadap panggilan Allah. Para gembala tidak hanya mendengar kabar baik, tetapi juga bertindak dengan segera. Ini adalah pengingat bahwa iman tidak hanya berhenti pada pengetahuan, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata yang membawa kita lebih dekat kepada Kristus.
Kedua, tema ini mengundang kita untuk mengutamakan Kristus di atas segalanya. Para gembala meninggalkan domba-domba mereka untuk menyaksikan kelahiran Yesus, sebuah tindakan yang mencerminkan prioritas utama mereka. Dalam konteks kehidupan jemaat GMIT, ini menjadi ajakan untuk tidak membiarkan kesibukan duniawi mengalihkan fokus kita dari makna sejati Natal, yaitu menyambut kelahiran Sang Penebus dalam hati dan kehidupan kita.
Ketiga, “Marilah Kita Pergi ke Betlehem” adalah ajakan untuk hidup dalam kerendahan hati dan solidaritas. Betlehem adalah kota kecil, dan Yesus lahir di palungan yang sederhana. Ini mengajarkan bahwa kasih Allah tidak mengenal batasan status sosial, dan kita dipanggil untuk membawa damai dan sukacita kepada semua orang, terutama mereka yang terpinggirkan. Dalam konteks NTT, gereja dapat memperkuat pelayanannya kepada kaum lemah dan miskin sebagai bentuk nyata dari kasih Kristus.
Terakhir, tema ini mengingatkan kita bahwa perjalanan ke Betlehem adalah perjalanan iman dan ketaatan. Dalam perjalanan ini, kita diajak untuk meninggalkan ego, konflik, dan perpecahan, menggantinya dengan kasih, kesatuan, dan pengampunan. Gereja GMIT dapat menjadikan momen Natal ini sebagai kesempatan untuk mempererat persaudaraan di antara jemaat dan membangun sinergi yang lebih kuat dalam menghadapi tantangan bersama.
Sebagai warga Jemaat Syalom Mokdale, saya melihat tema ini bukan hanya sebagai seruan liturgis, tetapi juga panggilan untuk refleksi mendalam dan perubahan nyata. Natal bukan hanya perayaan, tetapi sebuah perjalanan rohani yang membawa kita lebih dekat kepada Kristus, Sang Sumber Hidup. Mari kita bersama-sama, sebagai tubuh Kristus di NTT, menjadikan Natal tahun ini momen transformasi iman, harapan, dan kasih yang membawa terang bagi dunia.
Mokdale 26 Desember 2024.